KLASIFIKASI HATI MANUSIA
Hati memiliki komponen sifat hidup dan mati. Dalam konteks
ini, ada tiga klasifikasi hati manusia. Pertama, Qalbun Shahih (hati yang
suci). Kedua, Qalbun Mayyit (hati yang mati), dan ketiga, Qalbun
Maridh (hati yang sakit).
1. Hati yang Sehat
Hati yang sehat dan bersih (hati yang suci) dari setiap nafsu
yang menentang perintah dan larangan Allah, dan dari setiap penyimpangan yang menyalahi
keutamaan-Nya. Sehingga ia selamat dari
pengabdian kepada selain Allah, dan mengambil hukum pada selain Rasul-Nya.
Karenanya, hati ini murni pengabdiannya kepada Allah Swt, baik pengabdian
secara keinginan, cinta, berserah diri, kembali kepada ajaran-Nya dengan
bertobat, untuk memasrahkan diri, takut akan siksa-Nya dan mengharapkan karunia-Nya.
Bahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk Allah, jika
membenci, bencinya itu pun karena Allah, jika
memberi atau bersedekah, hal itu karena-Nya
dan jika menolak (tidak memberi), juga karena Allah. Tidak hanya itu saja,
tetapi diiringi kepatuhan hati dan bertahkim kepada syari’at-Nya. Ia mempunyai
dasar landasan yang kuat dan prinsip tersendiri dalam menjadikan Muhammad sebagai
Rasul dan suriteladan bagi seluruh umat manusia, baik dalam tutur kata atau
budi pekertinya.
2. Hati Yang Mati
Hati yang mati, yang tidak ada kehidupannya. Ia tidak
mengenal Tuhannya, tidak menyembah-Nya sesuai dengan perintah yang dicintai dan
diridhai-Nya. Ia bahkan selalu menuruti keinginan nafsu dan kelezatan dirinya, meskipun
dengan begitu ia akan dimurkai dan dibenci Allah. Ia tidak mempedulikan
semuanya, asalkan mendapat bagian dan keinginannya, Tuhannya rela atau murka.
Ia menghamba kepada selain Allah; dalam cinta, takut, harap, ridha dan benci, pengagungan
dan penghinaan. Jika ia mencintai, maka ia mencintai karena hawa nafsunya. Jika
ia membenci, maka ia membenci karena hawa nafsunya. Jika ia memberi, maka ia
memberi karena hawa nafsunya. Jika ia menolak, maka ia menolak karena hawa
nafsunya. Ia lebih memprioritaskan dan mencintai hawa nafsunya daripada
keridhaan Tuhannya.
Hawa nafsu menjadi pemimpinnya, syahwat adalah komandannya,
kebodohan adalah sopirnya, kelalaian adalah kendaraannya. Ia terbuai pikiran
untuk mendapatkan tujuan-tujuan duniawi, mabuk oleh hawa nafsu dan kesenangan sesaat.
Ia dipanggil kepada Allah dan ke kampung akhirat dari tempat kejauhan. Ia tidak
mempedulikan orang yang memberi nasehat, sebaliknya mengikuti setiap langkah dan
keinginan syetan. Dunia terkadang membuatnya benci dan terkadang membuatnya senang.
Hawa nafsu membuatnya tuli dan buta selainnya dari kebatilan. Maka membaur
dengan orang yang memiliki hati semacam ini adalah penyakit, bergaul dengannya
adalah racun dan menemaninya adalah kehancuran.
3. Hati Yang Sakit
Hati yang sakit sebenarnya memiliki kehidupan, tetapi di dalamnya
tersimpan benih-benih penyakit. Kadang ia “berpenyakit” dan kadang pula hidup secara
normal, bergantung ketahanan (kekebalan) hatinya. Ia memmiliki dua materi yang
saling tarik-menarik. Ketika ia memenangkan pertarungan itu, maka di dalamnya
terdapat kecintaan kepada Allah, keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada-Nya,
itulah materi kehidupan. Di dalamnya juga terdapat kecintaan kepada nafsu,
keinginan dan usaha keras untuk mendapatkannya, dengki, takabur, bangga diri, kecintaan
berkuasa dan membuat kerusakan di bumi, itulah materi yang menghancurkan dan
membinasakannya. Ia diuji oleh penyeru: Yang satu menyeru kepada Allah dan
Rasul-Nya serta hari akhirat, sedangkan yang lain menyeru kepada kenikmatan
sesaat.
Yang demikian itu karena hati dan angota tubuh lainnya
diharapkan agar selamat dan tidak ada penyakit di dalamnya, dan melaksanakan tujuan
dari penciptaannya. Adapun penyimpangannya dari jalan lurus mungkin karena ia kering
dan keras serta tidak melaksanakan apa yang semestinya diinginkan dari padanya.
Seperti tangan yang putus, hidung yang bindeng, dzakar yang impoten dan mata yang
tidak bisa melihat sesuatu. Atau karena terdapat penyakit dan kerusakan yang
menghalanginya melakukan pekerjaan secara sempurna dan berada dalam kebenaran. Oleh
sebab itu, hati terbagi menjadi tiga macam: Pertama: Hati yang sehat dan
selamat, yaitu hati yang selalu menerima, mencintai dan mendahulukan kebenaran.
Pengetahuannya tentang kebenaran benar-benar sempurna, juga selalu taat dan
menerima sepenuhnya. Kedua: Hati yang keras, yaitu hati yang tidak
menerima dan taat kepada kebenaraan. Dan ketiga: Hati yang sakit, jika
penyakitnya sedang kembuh maka hatinya menjadi keras dan mati, dan jika ia
mengalahkan penyakit hatinya, maka hatinya menjadi sehat dan selamat.
Apa yang diperdengarkan oleh syetan dari kata-kata dan yang
dibisikkannya dari berbagai keragu-raguan dan syubhat adalah merupakan fitnah terhadap
dua hati tersebut. Adapun hati yang hidup dan sehat maka ia tetap tegar. Ia
selalu menolak berbagai ajakan syetan itu. Ia membenci dan mengutuknya. Ia mengetahui
bahwa kebenaran adalah yang sebaliknya. Ini tunduk pada kebenaran, merasa tenang
dengannya dan mengikutinya. Mengetahui kebatilan
apa yang dibisikkan syetan. Oleh karena itu, iman dan kecintaannya pada kebenaran
semakin bertambah, sebaliknya ia semakin mengingkari dan membenci kebatilan. Hati
yang terfitnah dengan bisikan-bisikan syetan akan terus berada dalam keraguan,
sedang hati yang selamat dan sehat tidak pernah terpengaruhi dengan apa pun
yang dibisikkan syetan.
info yang sangat bagus sekali sangat bermanfaat
ReplyDeletesewa mobil astra